Nabi Daud
a.s merupakan seorang nabi dan rasul dalam agama Islam. Baginda juga
dikenali sebagai David dalam agama Yahudi dan Kristian. Baginda merupakan raja
kedua dan yang paling terkenal dalam kerajaan Israel. Nabi Daud menerima kitab
Zabur.
Daud
dalam Islam
Daud ialah
nabi dan raja Bani Israel. Semenjak masih muda telah menyertai tentara Bani
Israil di bawah pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa Palestin yang dipimpin
Jalut (Goliath). Malahan Nabi Daud yang membunuh Jalut, sehingga dipuji sebagai
pahlawan perang. Setelah Raja Thalut meninggal, Nabi Daud menggantikannya
sebagai raja. Allah SWT mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya.
Kepadanyalah diturunkan kitab Zabur. Beliau memiliki sejumlah mukjizat, seperti
suara yang merdu, kecerdasan akal, mengerti bahasa burung, dan melembutkan
besi.
Nabi Daud
meninggal dalam usia 100 tahun dan dikebumikan di Baitul Muqaddis. Beliau
digantikan puteranya Nabi Sulaiman yang kemudian menjadi nabi. Nabi DAUD adalah
anak bungsu dari tiga belas bersaudara. Ayahnya bernama Yisya. Ia adalah
generasi ke-13 dari keturunan Nabi Ibrahim. Ia berasal dari keluarga Bani
Israil. Mereka bermukim di Betlehem, yang kemudian menjadi kota kelahiran Nabi
Isa a.s. Ketika mulai dewasa, Daud dan dua kakaknya ikut berperang melawan
pasukan Jalut dari Filistin (Palestina) yang menjajah Bani Israil. Karena
berhasil mengalahkan Jalut, Daud dinikahkan oleh Raja Talut dengan Mikyal,
putrinya. Mikyal sangat setia kepada Daud. Raja Talut, yang sebelumnya berniat
membunuh Daud, akhirnya meninggalkan mahkota kerajaannya. Daud dinobatkan
menjadi raja Bani Israil ketika masih berusia di bawah 30 tahun. Ia kemudian
menjadikan Baitulmakdis (Yerusalem) ibukota kerajaannya. Ketika berusia 40
tahun, Daud menerima risalah kenabian. Allah Swt. memberinya kitab Zabur (Q.4:163;
17:55) dan beberapa mu’jizat. Nabi Daud a.s. memerintah Bani Israil selama
sekitar 40 tahun dan dianugerahi usia 100 tahun 6 bulan.
DAUD DAN
JALUT
Suatu
ketika Talut maju ke medan perang bersama pasukannya. Daud yang baru berusia 9
tahun juga ikut mengangkat senjata bersama kedua kakaknya. Di tengah
perjalanan, pasukan Talut menghadapi berbagai ujian. Kebanyakan pasukan Talut
tidak sanggup menjalani ujian- ujian itu. Pada awalnya, pasukannya berjumlah
80.000 (riwayat lain: 303.313) orang, kemudian menyusut menjadi 319 (riwayat
lain: 313). Meskipun demikian, Talut tetap maju melawan Jalut. Kedua pasukan
pun bertemu dan terjadilah perang tanding satu lawan satu. Daud juga mendapat
giliran. Ia berani melawan Jalut, pemimpin pasukan lawan. Melihat sosok kecil
Daud, Jalut meremehkannya dengan menggertak, ” Enyahlah kau, aku tidak suka
membunuh anak kecil.” Tidak mau kalah, Daud menyahut, ” Aku suka membunuhmu.”
Serangan Daud ternyata merepotkan Jalut. Daud mampu mengalahkan, bahkan
membunuh Jalut. Dengan demikian, pasukan Talut memetik kemenangan. Keberhasilan
Daud ini menjadi buah bibir di kalangan Bani Israil.
SAMUEL
DAN TALUT
Suatu
ketika Allah Swt. mengutus seorang pemimpin agama, Samuel, ke tengah Bani
Israil. Berkat kepemimpinannya, Bani Israil bersatu kembali, namun tidak
memiliki seorang pemimpin yang mampu menghimpun kekuatan yang tercerai-berai.
Samuel menerima petunjuk dari Allah Swt. untuk memilih Talut menjadi raja dan
pemimpin perang Bani Israil, padahal ia belum mengenal Talut. Tiba-tiba Talut
menemui Samuel, ketika ia sedang mencari ternaknya yang hilang. Mereka berdua
pun menemui bangsa Israil. Di hadapan mereka, Samuel menegaskan bahwa Talut
adalah raja dan pemimpin Bani Israil. Semula mereka tidak sepenuhnya patuh
kepada Talut karena ia seorang petani dan peternak miskin dari desa. Bangsa
Israil tidak menyangka kalau Talut menyimpan tabut di rumahnya. Mereka pun
segera menghormati Talut sebagai raja pertama Israil dan memintanya menjadi
pemimpin untuk melawan pasukan Jalut dan bangsa Filistin.
TABUT
Sebelum
dipimpin Talut, Bani Israil dipimpin oleh para hakim selama 356 tahun, Mereka
melupakan ajaran Nabi Musa a.s. dan tidak pernah lagi membuka tabut, yakni peti
pemberian Allah Swt. yang berisi kitab Taurat. Bani Israil menjadi lemah karena
sering berselisih.
MUKJIZAT
DAUD
Nabi Daud
a.s. dikaruniai suara yang sangat merdu. Ketika mendengar Daud melagukan ayat
kitab Zabur, orang dan jin yang sakit menjadi sembuh, burung-burung terbang
mendekat, angin menjadi tenang, gunung serta burung pun bertasbih kepada Allah
Swt. Daud dikaruniai beberapa mukjizat oleh Allah Swt. Ia diberi kemampuan
untuk melunakkan besi dengan tangannya -tanpa api- lalu menenunnya menjadi baju
zirah (Q.34:10-11). Daud juga dikaruniai ilmu pengetahuan dan kepandaian untuk menghakimi
suatu perkara secara bijaksana (Q.38:18-20).
PELANGGARAN
SABAT
Banyak
ajaran Nabi Musa a.s. yang harus ditaati oleh Bani Israil. Salah satu di
antaranya adalah larangan berdagang dan melaksanakan hal duniawi pada hari
Sabat (Sabtu). Nabi Daud a.s. mempertahankan larangan itu bagi seluruh Bani
Israil. Daud meminta agar bangsa Israil menyucikan hari Sabat. tapi ada saja
yang mengabaikannya. Pada suatu hari Sabat, pasar menjadi sepi. Ikan di laut
berenang dengan bebas dan terapung- apung di permukaan air dekat desa Ailat, di
tepi Laut Merah. Para nelayan Ailat belum pernah melihat ikan sebanyak itu pada
hari lain. Karena itu, mereka menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dan
menangkap ikan. Melihat itu, Daud berdoa kepada Allah Swt. agar mereka diberi
ganjaran dengan siksa dan azab yang setimpal. Doa itu dikabulkan oleh Allah
Swt., lalu terjadilah gempa bumi dahsyat yang membinasakan mereka yang
membangkang serta mengabaikan hari Sabat (Q.7:163-165).
MIKYAL
Karena
berhasil mengalahkan Jalut, Daud dinikahkan oleh Talut dengan putrinya, Mikyal.
Tapi kemudian Talut iri kepada kemasyhuran Daud. Maka dengan tipu daya ia
berusaha menyingkirkannya. Ia menyuruh Daud berperang melawan orang Kanaan yang
hendak menyerang Bani Israil. Tapi ternyata Daud mampu mengalahkan mereka.
Talut kecewa karena siasatnya gagal, sebaliknya Daud semakin disanjung dan
dihormati. Talut lalu berniat membunuh Daud. Mendengar niat jahat ayahnya,
Mikyal menyampaikannya kepada suaminya. Untuk mengamankan diri, Daud melarikan
diri. Kepergian Daud ini memicu rasa benci rakyat kepada Talut. Rakyat dan
tentara pun akhirnya berpaling mengikuti Daud.
PERINGATAN
DAUD
Talut dan
pengikutnya terus mengejar Daud. Tetapi Daud mengetahuinya, lalu mengutus
mata-mata untuk mengintai keberadaan tentara Talut. Utusan itu melaporkan bahwa
Talut bersama tentaranya sedang tertidur nyenyak di sebuah lembah. Daud
menggunakan kesempatan ini dan berhasil menyusup ke persembunyian Talut, lalu
memotong sudut baju Raja (kisah lain menyebutkan “mengambil lembing sang
raja”). Sekiranya berniat, ia bisa saja membunuh Talut, tetapi ia hanya meminta
agar Talut bertobat. Ternyata, peringatan ini tidak digubriskan oleh Talut yang
keras hati dan tetap ingin mempertahankan kekuasaan.
PERTOBATAN
TALUT
Daud
tidak jemu- jemunya mengingatkan Talut, bahwa pengawalnya tidak akan mampu
menyelamatkannya apabila Allah Swt. hendak mencabut nyawanya. Peringatan ini
berhasil menyadarkan Talut. Ia menanggalkan mahkotanya, lalu pergi ke luar
kota. Di sana ia mengisi hidupnya dengan pertobatan hingga akhir hayatnya
(sekitar 1010 SM).
DAUD:
RAJA BANI ISRAIL
Setelah
Talut meninggalkan tahtanya, Daud dinobatkan oleh rakyat menjadi raja Israil
(Q.38:26). Menurut para ahli, Daud memerintah selama sekitar 40 tahun (1010 SM
– 970 SM). Ia termasuk salah satu dari nabi yang menjadi raja dan berhasil
menundukkan suku-suku tetangga Bani Israil di tanah Kanaan. Kerajaan Daud
mendapat pengukuhan dari Tuhan (Q.38:18-20).
-------------------------------------------------------------------------
NABI DAUD AS
Daud bin
Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari
Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi
Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja
Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentara dan
menyusun tentara rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama
dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan
menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan
dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari
waktu ke waktu memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan
keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju
ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan
belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jago-jago perang Bani Isra'il berdiam diri dihinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikawinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikawinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanya yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang dia harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintas di fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 pribadi dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selemah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu dari padamu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan kuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia kuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia kuatir bahwa engkau kadang-kadang dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berburuk sangka terhadap tindakan-tindakan orang-orangnya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-tindakannya itu."
"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud merasa heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta mengaburkan jalan pikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud pikiran ku belakangan ini sangat terganggu oleh sebuah berita yang tersebar luas. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menangani urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perang mu pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazah mu dibawa di atas bahu orang-orangmu."
Thalout hendak menuju dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia hendak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusir Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang dibalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan takwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggapai kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainya ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima pujian rakyat dan sorak-gembiranya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayangi rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berpikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermat nya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota di waktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayah nya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilang nya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejak nya untuk menyampaikan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebagai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sadar, pikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali dari padanya.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jago-jago perang Bani Isra'il berdiam diri dihinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikawinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikawinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanya yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang dia harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintas di fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 pribadi dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selemah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu dari padamu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan kuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia kuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia kuatir bahwa engkau kadang-kadang dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berburuk sangka terhadap tindakan-tindakan orang-orangnya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-tindakannya itu."
"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud merasa heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta mengaburkan jalan pikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud pikiran ku belakangan ini sangat terganggu oleh sebuah berita yang tersebar luas. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menangani urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perang mu pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazah mu dibawa di atas bahu orang-orangmu."
Thalout hendak menuju dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia hendak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusir Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang dibalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan takwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggapai kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainya ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima pujian rakyat dan sorak-gembiranya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayangi rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berpikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermat nya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota di waktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayah nya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilang nya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejak nya untuk menyampaikan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebagai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sadar, pikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali dari padanya.
Daud
Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot
kewibawaannya sejak ia ditinggalkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat
rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi
kemenangan bagi negara dan bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat terhadap
Thalout merosot, sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud makin
meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari mengikuti Daud dan
menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjadikan Thalout kehilangan akal
dan tidak dapat menguasai dirinya. IA lalu menjalankan siasat tangan besi,
menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya, tidak
terkecuali di antara korban-2nya terdapat para ulama dan para pemuka rakyat.
Thalout yang mengetahui bahwa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tenteram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Karenanya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tentaranya yang sudah goyah kedisiplinannya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia pikir harus cepat-cepat membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud berserta para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan laskarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang daripada para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Thalout dan laskarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan laskarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, lalu dihampirinya ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan pikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa penguntingan bajunya dan mencoba sekali lagi membawa laskarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat laskar Thalout berkemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun dari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelalaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggut nyawanya. Daud memberi dua kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout. Ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sadar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorong dia dan merancang pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sadar bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya karena berburuk sangka yang tidak berdasar.
Thalout yang mengetahui bahwa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tenteram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Karenanya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tentaranya yang sudah goyah kedisiplinannya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia pikir harus cepat-cepat membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud berserta para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan laskarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang daripada para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Thalout dan laskarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan laskarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, lalu dihampirinya ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan pikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa penguntingan bajunya dan mencoba sekali lagi membawa laskarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat laskar Thalout berkemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun dari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelalaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggut nyawanya. Daud memberi dua kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout. Ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sadar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorong dia dan merancang pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sadar bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya karena berburuk sangka yang tidak berdasar.