KISAH NABI SULAIMAN AS


Nabi Sulaiman a.s. merupakan anak Nabi Daud a.s. Sejak kecil lagi baginda telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman fikirannya. Pernah memutuskan perkara 2 orang yang berselisih, yaitu antara pemilik kebun dan pemilik kambing.

Raja segala makhluk
Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Setelah Sulaiman cukup umur dan ayahanda nya wafat, Sulaiman diangkat menjadi raja di kerajaan bani Israil. Beliau berkuasa tak hanya atas manusia, namun juga binatang dan makhluk halus seperti jin dan lain-lain. Baginda dapat memahami bahasa semua binatang

Istana Nabi Sulaiman sangat indah. Dibangun dengan gotong royong manusia, binatang, dan jin. Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas dan tembaga, atapnya dari perak, hiasan dan ukirannya dari mutiara dan intan berlian, pasir di taman ditaburi mutiara, dan sebagainya.
[sunting] Sulaiman kawal jin, hewan
NABI Sulaiman dianugerahkan Allah kebijaksanaan sejak remaja lagi. Beliau juga memiliki pelbagai keistimewaan, termasuk mampu bercakap, memahami dan memberi arahan terhadap jin dan hewan sehingga semua makhluk itu mengikuti kehendaknya.

Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan; segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dan banyak hambanya yang beriman. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata; Wahai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar satu anugerah yang nyata.”

Kebijaksanaan Sulaiman dapat dilihat melalui pelbagai peristiwa yang dilaluinya. Misalnya, beliau cuba mengetengahkan idea kepada bapanya, Nabi Daud bagi menyelesaikan perselisihan antara dua pihak, masing-masing membabitkan pemilik haiwan ternakan dan kebun.

Walaupun ketika itu usianya masih muda, pendapatnya bernas. Mulanya Nabi Daud memutuskan pemilik hewan supaya menyerahkan ternaknya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi disebabkan ternakannya memasuki dan merusakkan kebun itu. Sulaiman yang mendengar keputusan bapaknya mencelah: “Wahai bapaku, menurut pandanganku, keputusan itu sepatutnya berbunyi; kepada pemilik tanaman yang telah musnah tanaman diserahkanlah hewan tetangganya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya. “Manakala tanamannya yang binasa itu diserahkan kepada tetangganya, pemilik ternak untuk dijaga sehingga kembali kepada keadaan asal. Kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau menderita kerugian lebih daripada sepatutnya.” Pendapat yang dikemukakan Sulaiman dipersetujui kedua-dua pihak. Malah orang ramai yang menyaksikan pembicaraan itu kagum dengan kebolehan beliau menyelesaikan perselisihan tersebut.

Bertitik tolak daripada peristiwa itu, kewibawaan Sulaiman semakin tersiarlah dan ia juga sebagai bibit permulaan kenabian Sulaiman. Melihat kecerdasan akal yang ditonjolkannya itu, Nabi Daud menaruh kepercayaan dengan mempersiapkannya sebagai pengganti dalam kerajaan Bani Israel. Namun, abangnya Absyalum tidak meridhoi beliau melangkah betul dalam kekuasaan pemerintahan itu, malah mendakwa dia yang sepatutnya dilantik putera mahkota kerana Sulaiman masih muda dan cetek pengalaman. Absyalum mau mendapatkan takhta itu daripada bapak dan adiknya. Justru, dia mula menunjukkan sikap baik terhadap rakyat, dengan segala masalah mereka ditangani sendiri dengan segera, membuatkan pengaruhnya semakin meluas.

Sampai satu ketika, Absyalum mengisytiharkan dirinya sebagai raja, sekali gus merampas kekuasaan bapaknya sendiri. Tindakannya itu mengakibatkan huru-hara di kalangan Bani Israel. Melihatkan keadaan itu, Nabi Daud keluar dari Baitulmaqdis, menyeberangi Sungai Jordan menuju ke Bukit Zaitun. Tindakannya itu semata-mata mau mengelakkan pertumpahan darah, namun Absyalum dengan angkuh memasuki istana bapaknya. Di Bukit Zaitun, Nabi Daud memohon petunjuk Allah supaya menyelamatkan kerajaan Bailtulmaqdis daripada dimusnahkan anaknya yang durhaka itu. Allah segera memberi petunjuk kepada Nabi Daud, yaitu memerangi Absyalum. Namun, sebelum mengawali peperangan itu, Nabi Daud berpesan kepada tentaranya supaya tidak membunuh anaknya itu, malah jika boleh ditangkap hidup-hidup. Bagaimanapun, kuasa Allah melebihi segalanya dan ditakdirkan Absyalum mati juga karena dia mau berperang dengan tentara bapaknya.

Kemudian, Nabi Daud kembali ke Baitulmaqdis dan menghabiskan sisa hidupnya selama 40 tahun di istana itu sebelum melepaskan takhta kepada Sulaiman. Kewafatan Nabi Daud memberikan kuasa penuh kepada Nabi Sulaiman untuk memimpin Bani Israel berpandukan kebijaksanaan yang dianugerah Allah. Beliau juga dapat menundukkan jin, angin dan burung, sehingga dapat disuruh melakukan apa saja, termasuk mendapatkan tembaga dari perut bumi untuk dijadikan peralatannya.

Firman Allah bermaksud: “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman yang perjalanannya pada waktu petang, sama dengan perjalanan sebulan dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian daripada jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpan antara mereka daripada perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.”

Ratu Balqis tunduk kepada Nabi Sulaiman
Setelah membangunkan Baitulmuqaddis, Nabi Sulaiman menuju ke Yaman. Tiba di sana, disuruhnya burung hud-hud (sejenis belatuk) mencari sumber air. Tetapi burung tersebut tidak ada ketika dipanggil. Ketiadaan burung hud-hud menimbulkan kemarahan Sulaiman. Selepas itu burung hud-hud datang kepada Nabi Sulaiman dan berkata: “Aku telah terbang untuk mengintip dan berjumpa suatu yang sangat penting untuk diketahui oleh tuan…”

Firman Allah, bermaksud: “Maka tidak lama kemudian datanglah hud-hud, lalu ia berkata; aku telah mengetahui sesuatu, yang kamu belum mengetahuinya dan aku bawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah…”

Mendengar berita itu, Nabi Sulaiman mengutus surat mengandung nasehat supaya menyembah Allah kepada Ratu Balqis. Surat itu dibawa burung hud-hud dan diterima sendiri Ratu Balqis. Selepas dibaca surat itu, Ratu Balqis menghantarkan utusan bersama hadiah kepada Sulaiman. Dalam al-Quran diceritakan: “Tatkala utusan itu sampai kepada Nabi Sulaiman, seraya berkata; apakah patut kamu menolong aku dengan harta?

“Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikannya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
“Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan yang tidak berharga.”

Utusan itu kembali ke negeri Saba dan menceritakan pengalaman yang dialami di Yaman kepada Ratu Balqis, sehingga dia berhajat untuk berjumpa sendiri dengan Sulaiman. Keinginan Ratu Balqis itu diketahui Nabi Sulaiman terlebih dulu dan beliau memerintahkan tentaranya, terdiri daripada manusia, hewan dan jin untuk membuat persiapan bagi menyambut kedatangan Ratu Balqis. Nabi Sulaiman juga memerintahkan pasukannya supaya membawa singgasana Ratu Balqis ke istananya.

Pada ayat 38 s/d 40 di surat Al-Naml, disebutkan :
 38. “Berkata Sulaiman : “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya (ratu bilqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri.”
39. “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin :” Aku akan datang kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu ; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”
40. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari buku-buku : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut itu terletak di hadapannya, iapun berkata :” Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmatNya. Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan baransiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Mulia.”

Lalu manusia yang memiliki ilmu memindahkan istana ratu Balqis. Apabila Ratu Balqis tiba ditanya Sulaiman: “Seperti inikah singgasanamu?” Dijawab Ratu Balqis: “Ya, memang sama apa yang seperti singgasanaku” Kemudian Ratu Balqis dipersilakan masuk ke istana Nabi Sulaiman. Namun, ketika berjalan di istana itu, sekali lagi Ratu Balqis terpedaya, kerana menyangka air pada lantai istana Sulaiman, sehingga menyelak kainnya.

Firman Allah yang bermaksud:
 Dikatakan kepadanya; masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia (Ratu Balqis) melihat lantai istana itu, dikiranya air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya.
Berkatalah Sulaiman; “sesungguhnya ia istana licin yang diperbuat daripada kaca”. Berkatalah Balqis; “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman dan kepada Allah, Tuhan semesta alam.”

Peristiwa itu menyebabkan Ratu Balqis merasa sangat aib dan menyadari kelemahannya, sehingga dia memohon ampun atas kesilapannya selama ini dan akhirnya dia diperisterikan oleh Nabi Sulaiman.

Kewafatan baginda
Kisah Sulaiman merangkumi tentaranya yang terdiri daripada manusia, hewan dan jin dalam menjalankan dakwah Allah terhadap Ratu Balqis. Kematian beliau berlainan dengan manusia biasa. Nabi Sulaiman wafat dalam keadaan duduk di kursi, dengan memegang tongkat sambil mengawasi dan memerhatikan jin yang bekerja.

Firman Allah: “Tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka setelah kematiannya itu melainkan anai-anai yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu bahawa sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”
===============================================

Pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Bulqis

Berawal dari sang Ayah,
Nabi Daud yang konon sudah memiliki 99 isteri.
Satu waktu, beliau jatuh cinta lagi pada isteri seorang prajurit.
Beberapa saat kemudian, di saat ia memasuki istananya,
Entah darimana datangnya, 2 orang sedang berseteru.

Nabi Daud bertanya,
“Wahai, ada apakah ini ? Mengapakah engkau bertengkar dengan saudaramu ?”
“Saudara saya ini punya 99 kambing Ya nabi, sedangkan aku cuma memiliki 1 kambing saja. Tapi milikku yang satu ini mau diminta pula”

Nabi Daud menjawab,
“Apa yang engkau lakukan sungguh hina. Bukankah engkau sudah memiliki 99 kambing. Mengapa milik saudaramu sendiri yang cuma 1 itu engkau minta pula ?”

Salah seorang dari mereka menjawab,    “lalu mengapakah engkau masih mengharap isteri orang Nabi ? Sementara engkau sudah memiliki 99 isteri ?”

Tahulah Nabi Daud bahwa mereka adalah malaikat yang diutus Allah.
Berhari-hari, Nabi Daud tobat, memohon ampun pada Allah.
Satu ketika,
Karena musibah,
Suami dari wanita yang dicintai Daud tersebut wafat.
Cinta Daud padanya belumlah pupus.
Maka setelah tiba waktu yang tepat,
Daud meminangnya.
Sang Wanita bersedia asal dengan beberapa syarat.

Yang pertama,
Bahwa anak mereka haruslah laki-laki.

Yang kedua,
Anak mereka memiliki kekuasaan di dunia ini yang tidak ada bandingnya baik untuk manusia jaman dulu maupun manusia jaman mendatang.

Dan yang ketiga,
tidak ada yang mengalahkan kekayaannya baik bagi manusia jaman dulu maupun bagi manusia jaman mendatang.
Setelah memohon berbulan-bulan, barulah kemudian Allah mengabulkan do’a Nabi Daud atas permintaan calon isterinya itu.

Begitulah,
Nabi Sulaiman kekuasaannya tidak ada yang menandingi.
Meliputi manusia, hewan dan jin.
Kekayaannya juga tak ada yang menandingi.

Legendanya,
Istana Sulaiman berlapis berlian dan emas serta batu-batu berharga lainnya.

Alkisah,
Di dalam dakwahnya,
Nabi Sulaiman mendengar bahwa di satu negri yang bernama Saba’,
Hiduplah seorang putri yang cantik jelita, terkenal atas kecerdikannya dan ia adalah Ratu pemimpin negri itu.
Konon ibunya adalah Putri Raja Jin dan ayahnya adalah Raja di sebuah negara manusia.

Nabi Sulaiman mengirim surat kepada Ratu itu,
“Bismillahirrohmanirrohim”
“Ala ta’lu alaya wa’tuni muslimin”
“Aku Nabi utusan Allah, janganlah engkau menyembah matahari, melainkan sembahlah Allah yang Maha Kaya dan Maha pencipta. Kekuasaannya meliputi seluruh makhluk”

Sang Ratu Bulqis tidak gegabah dalam menanggapi surat dari Raja Sulaiman. Ia juga sudah mendengar kekuasaan Nabi Sulaiman meliputi semuanya. Hewan dan jin pun tunduk padanya. Kekayaan kerajaannya mungkin tak ada bandingnya.

Ia memanggil para menterinya, mengajak mereka berunding.
“Para menteriku, ada Surat dari Raja Sulaiman. Ia tidak memaksa dan tidak mengancam kita. Ia meminta kita menyembah pada Tuhan Allah. Tetapi kita tahu, seandainya kita menolak, segala kemungkinan juga bisa terjadi. Kekuatan perang kerajaan kita tak ada artinya dibanding kekuatan perang kerajaan Sulaiman. Kekuasaan kita tak ada artinya dibandingkan dengan kekuasaan Sulaiman.”

Para menteri saling mengeluarkan pendapat mereka.
Dari sisi sosial mereka sampaikan,
Dari sisi budaya mereka sampaikan,
Dari sisi militer mereka sampaikan,
Dari sisi keyakinan mereka sampaikan,
Dari sisi politik mereka sampaikan,
Dari sisi ekonomi mereka sampaikan,

Akhirnya, Ratu Bulqis sendiri menyampaikan pendapatnya,
Dari sisi kebenaran,
“Begini, akan kita lihat. Akan kukirimkan harta yang berlimpah-limpah kepada Raja Sulaiman. Kalau dia memang seorang utusan Tuhan, dia tidak akan mau menerimanya. Kalau dia seorang raja biasa, tentulah kiriman harta kita akan dianggap upeti dan akan diterimanya. Tidak itu saja, kita akan uji. Pembawa kekayaan yang berlimpah itu akan kita iringi dengan beberapa wanita dan pemuda yang cara pakaian mereka cara berjalan mereka dan semuanya kita didik, tetapi kita ubah. Yang laki-laki berpakaian wanita, yang wanita berpakaian laki-laki. Kalau dia memang seorang Nabi, tentulah tahu mana yang laki-laki sebenarnya dan mana yang bukan”.

Kalau memang Raja Sulaiman itu seorang Nabi, maka sungguh celaka kalau kita tidak mau mengikutinya. Tapi kalau ia seorang raja biasa, akan kita perangi”
Para menteri semua setuju, sepakat.
Begitulah dikirimnya serombongan orang laki-laki dan perempuan dan disertai harta kekayaan yang berlimpah-limpah dinaikkan ke baghal (sejenis keledai).

Sampai dihadapan Sulaiman, surat dari ratu Bulqis dibacanya :
“Yang mulia Raja Sulaiman, ini adalah separoh kekayaan Bulqis, mohon diterima.
Dan yang kedua, kami ingin bertanya, dari kumpulan orang-orang yang membawa harta kekayaan ini, manakah yang laki-laki dan manakah yang perempuan ?”

Nabi Sulaiman menggerakkan tangannya mengisyaratkan pada prajuritnya agar mengembalikan harta kekayaan kiriman dari kerajaan Bulqis. Dan yang kedua, dimintanya dua golongan laki dan perempuan itu untuk mencuci muka mereka.

Inilah yang terlewatkan oleh Ratu Bulqis. Cara menyiram air ke muka antara wanita dan laki-laki berbeda. Nabi Sulaiman tersenyum dan kemudian menulis surat lagi.
“Bismillahirrohmanirrohim”
“Aku adalah Nabi Alloh, Alloh Maha Kaya dan telah mencukupiku dengan harta kekayaan yang berlebih. Biarlah harta kekayaan kiriman sang Ratu untuk kesejahteraan penduduk kerajaan sang Ratu. Dan diantara dua golongan yang membawa harta kekayaan ini, yang laki-laki sesungguhnya adalah orang-orang yang memakai baju perempuan dan yang perempuan sesungguhya adalah yang memakai baju laki-laki”.

Kemudian dalam surat yang terpisah, Nabi Sulaiman menulis undangan untuk sang Ratu agar mau berkunjung ke kerajaan Sulaiman.
Setelah rombongan dari kerajaan Saba’ berangkat kembali, Raja Sulaiman mengumpulkan seluruh bala-nya, dari pihak hewan maupun dari pihak jin dan manusia. Salah seorang jin sempat memberikan info bahwa ratu Bulqis memiliki cacat yaitu betisnya seperti betis onta.

Nabi Sulaiman tidak berkomentar, kemudian berkata,
“Wahai para pegawai kerajaan, aku berkeinginan mengundang Ratu Bulqis ke sini. Siapakah yang sanggup membawakan singgasananya ke sini dalam waktu yang cepat ?”
Jin ifrit yang memiliki kesaktian level tertinggi di dunia perjin-an. Rajanya jin berkata,
“Ya Nabi Allah, hamba sanggup mendatangkan singgasana sang Ratu bahkan sebelum Engkau beranjak dari singgasana ini”.
Seorang ahli kitab ? berkata,”Aku sanggup membawa sekarang, bahkan sebelum engkau berkedip”
Demikianlah, sekejap kemudian singgasana sang Ratu sudah berpindah ke kerajaan Sulaiman

Singgasana tersebut diberi warna sedikit berbeda. Kemudian diletakkan disuatu tempat yang jalan menuju singgasana itu dilapisi kaca yang dibawahnya diberi air. Sekilas, seolah genangan air.
Beberapa waktu berlalu, sang Ratu Bulqis yang sudah takluk pada kebenaran, sampai di kerajaan Sulaiman. Nabi Sulaiman bertanya, “tahukah engkau singgasana itu ?”, kata Nabi Sulaiman sambil menunjukkan tangan ke Singgasana di depan mereka.

“Sepertinya”, jawab sang Ratu.
Tampaklah kecerdikan, kewaspadaan, dan ketidak teledoran sang Ratu.
Ia tidak menjawab “tidak” sebab ia merasa itu seperti singgasana miliknya, tetapi ia juga tidak menjawab “ia” sebab ada sedikit perbedaan dengan singgasana miliknya, yaitu warnanya.Kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya berjalan menuju singgasana itu.
Ketika lewat di atas kaca yang seperti tampak genangan air, spontan sang ratu mengangkat sedikit kain bajunya yang dibawah, dan tampaklah betisnya yang indah dan sempurna. Tidak seperti yang diberitakan oleh jin sebelumnya.

Demikianlah, Nabi Sulaiman timbul kekaguman pada sang Ratu dan tumbuhlah rasa cinta, demikian pula dengan sang Ratu yang memang sudah takluk pada sang Nabi.

Beberapa waktu setelah persiapan, Nabi Sulaiman dan sang Ratu Bulqis dari kerajaan Saba’ melangsungkan pernikahannya.