Kepada
kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul yaitu Nabi Syu'aib, seorang
daripada mereka sendiri, sedarah dan sedaging dengan mereka. Ia mengajak mereka
meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak bermanfaat
atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan sujud kepada
Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang tanah yang
mereka puja sebagai tuhan mereka.
Nabi
Syu'aib kepada mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan
kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah serta membawa kerugian bagi sesama
manusia serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak
agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang
lain, meninggalkan berkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam
hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap
orang-orang yang lemah dan miskin.
Diingatkan
oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan kurniaan-Nya yang telah memberi mereka
tanah subur serta sarana-sarana kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu menurut
seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah kepada
Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya kepada
orang-orang yang beriman dan bersyukur.
Diingatkan
pula Nabi Syu'aib bahwa mereka tidak mau sadar dan kembali kepada jalan yang
benar mengikuti ajaran dan perintah Allah yang dibawanya, niscaya Allah akan
mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan menurunkan azabnya
atas mereka di dunia selain siksa dari azab yang menanti mereka kelak di
akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.
Kepada
mereka Nabi Syu'aib dikisahkan siksa dan azab yang diturunkan oleh Allah
terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang kesemua
telah menderita dan menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan keengganan
mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah kepada
Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar mereka beriktibar dan ingat bahwa
mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka
tetap melakukan persembahan yang bathil serta tetap melakukan
perbuatan-perbuatan yang buruk dan jahat.
Dakwah
dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama penguasa, pembesar serta
orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok. Mereka berkata: "Adakah
karena shalatmu, engkau memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami
sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek
moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga karena shalatmu engkau
menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang nyata telah
membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi adat istiadat
kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa apa tujuanmu dan apa
maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada kami. Sungguh kami
menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"
Ejekan
dan olok-olok mereka didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan kesabaran dan
kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan
marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin
bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal
mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasehatkan
kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaan
dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka
di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas
jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan
kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya
kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih
dari segala kemaksiatan dan adat-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya
dari Allah yang telah mengutus sebagai rasul yang dibebani amanat untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
Kaum
Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak
henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan dan di mana saja ia
menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib
dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika mereka
mau menghentikan dakwahnya atau tidak mau mengikuti agama dan cara-cara hidup
mereka.
Berkata
mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa
yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di dalam hati dan
kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam
pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau memimpin kami yang
berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi daripadamu. Coba tidak
karena kerabatmu yang kami segani dan hormati, niscaya engkau telah kami rajam
dan sisihkan dari pengaulan kami."
Nabi
Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah Allah
yang telah diamanahkan kepadaku dan janganlah kamu mengharapkan bahwa aku
maupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adat-istiadatmu
setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku adalah Allah Yang
Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi tugas kepadaku dan
Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak
saudaraku yang engkau lebih segani daripada Allah yang Maha Berkuasa?"
Sejak
berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah kepada kaum Madyan, Nabi
Syu'aib berhasil menyadarkan hanya sebagian kecil dari kaumnya, sedang bahagian
yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan tauhid yang diajar
oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan tradisi, adat-istiadat
dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Itulah alasan mereka
satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran Nabi Syu'aib dan itulah
benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib
atas persembahan mereka yang bathil dan adat pengaulan mereka yang mungkar dan
sesat. Di samping itu jika mereka sudah merasa tidak berdaya menghadapi
keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang didukung dengan dalil dan bukti yang
nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah
Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung. Mereka telah berani
menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan
mendatangkan bencana dari Allah yang ia sembah dan menganjurkan orang
menyembah-Nya pula.
Mendengar
tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah tertutup rapat-rapat bagi
sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa tiada harapan lagi akan menarik
mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari lembah syirik dan
kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah
agak menurunkan azzab siksanya kepada kaum Madyan bahwa wujud-Nya serta
menentang kekuasaannya untuk menjadi contoh dan peringatan bagi
generasi-generasi yang mendatang.
Allah
Yang Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib, maka
diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang
mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air
dan membakar kulit yang tidak dapat diobati dengan berteduh di bawah atap rumah
atau pohon-pohon.
Di dalam
keadaan mereka yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke mari, mencari
perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit dan dari rasa
dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala mereka
gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh
dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya
berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api
dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan
dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan
mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa
mereka dengan serta-merta.
Nabi
Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata kepada para
pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mereka risalah
Allah, menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan
mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah memperingatkan mereka
akan datangnya siksaan Allah bila mereka tetap berkeras hati, menutup telinga
mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah yang aku bawa, namun mereka
tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Karenanya
tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya bencana yang telah
membinasakan kaumku yang kafir itu.'
Kisahnya
dalam al qur’an
Surat 007. Al A'raaf ayat 85 – 94
85. dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan[552]
saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman".
86. dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan
menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan
menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. dan ingatlah di waktu
dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.
87. jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa
yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak
beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan
Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.
88. pemuka-pemuka dan kaum Syu'aib yang menyombongkan dan
berkata: "Sesungguhnya Kami akan mengusir kamu Hai Syu'aib dan orang-orang
yang beriman bersamamu dari kota Kami, atau kamu kembali kepada agama kami".
berkata Syu'aib: "Dan Apakah (kamu akan mengusir kami), Kendatipun Kami
tidak menyukainya?"
89. sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar
terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami
dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah,
Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu.
kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara
Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang
sebaik-baiknya.
90. pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada
sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika
berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi".
91. kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,
92. (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka Itulah orang-orang yang merugi.
93. Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata:
"Hai kaumku, Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat
Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan
bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?"
94. Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu
negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada
penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan
diri.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[552] Mad-yan adalah nama putera Nabi Ibrahim a.s. kemudian
menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Mad-yan itu. Kbilah ini diam
di suatu tempat yang juga dinamai Mad-yan yang terletak di pantai laut merah di
tenggara gunung Sinai.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat 011. Huud ayat 84 – 95
84. dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara
mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan
timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan
Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan
(kiamat)."
85. dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah
takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia
terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi
dengan membuat kerusakan.
86. sisa (keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik
bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. dan aku bukanlah seorang penjaga
atas dirimu"
87. mereka berkata: "Hai Syu'aib, Apakah sembahyangmu
menyuruh kamu agar Kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami
atau melarang Kami memperbuat apa yang Kami kehendaki tentang harta kami.
Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal[735]."
88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu
jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari
pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan
tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada
Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
89. Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku
(dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti
yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum shaleh, sedang kaum Luth tidak
(pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
90. dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
91. mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak
mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar
melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu
tentulah Kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang
berwibawa di sisi kami."
92. Syu'aib menjawab: "Hai kaumku, Apakah keluargaku
lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan
sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku
meliputi apa yang kamu kerjakan."
93. dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut
kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui
siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan
tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."
94. dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib
dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami,
dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu
jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
95. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu.
Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah
binasa.
Surat 015. Al Hijr ayat 78 – 79
78. dan Sesungguhnya adalah penduduk Aikah[809] itu
benar-benar kaum yang zalim,
79. Maka Kami membinasakan mereka. dan Sesungguhnya kedua
kota[810] itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[734] Yang dimaksud dengan sisa Keuntungan dari Allah ialah
Keuntungan yang halal dalam perdagangan sesudah mencukupkan takaran dan
timbangan.
[735] Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek Nabi
Syu'aib a.s.
[809] Penduduk Aikah ini ialah kaum Syu'aib. Aikah ialah
tempat yang berhutan di daerah Madyan.
[810] Yakni kota kaum Luth (Sadom) dan Aikah.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat 026. Asy Syu'araa' ayat 176 – 191
176. penduduk Aikah[1088] telah mendustakan rasul-rasul;
177. ketika Syu'aib berkata kepada mereka: "Mengapa
kamu tidak bertakwa?,
178. Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan
(yang diutus) kepadamu.
179. Maka bertakwalah kepada Allah dan 'taatlah kepadaku;
180. dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
181. sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk
orang- orang yang merugikan;
182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
183. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
184. dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan
kamu dan umat-umat yang dahulu".
185. mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah
seorang dari orang-orang yang kena sihir,
186. dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti
Kami, dan Sesungguhnya Kami yakin bahwa kamu benar-benar Termasuk orang-orang
yang berdusta.
187. Maka jatuhkanlah atas Kami gumpalan dari langit, jika
kamu Termasuk orang-orang yang benar.
188. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa
yang kamu kerjakan".
189. kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka
ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah
'azab hari yang besar.
190. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
191. dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1088] Yang dimaksud dengan penduduk Aikah ialah penduduk
Mad-yan Yaitu kaum Nabi Syu'aib a.s.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Surat 029. Al 'Ankabuut ayat 36 – 37
36. dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan,
saudara mereka Syu'aib, Maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu
Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka
bumi berbuat kerusakan".
37. Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa
gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
tempat-tempat tinggal mereka.