Tidak
banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah
dikisahkan tentang nabi-nabi lain seperti Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan
sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli
tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahwa beliau bernama Yunus bin Matta (Dalam
Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai hanya disebutkan di luar kitab Yunus sendiri
yakni dalam II Raja-raja 14:25). Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah
kepada penduduk di sebuah tempat bernama “Ninawa” yang bukan kaumnya dan tidak
pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di
tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan,
kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.
Nabi
Yunus a.s. membawa ajaran tauhid
Yunus
membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah
kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta,
meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri
dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat
bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sebagai manusia makhluk
Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain
tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka
menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan
mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan
merenovasinya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam
diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyadarkan mereka bahwa Tuhan
pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran
Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum
pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk
menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang
mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa
agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka
berkata kepada Nabi Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan
kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu?
Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek
moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama
kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama
barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk
merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu
diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah
aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahwa engkau tidak akan
dapat pengikut diantara kami dan bahwa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di
antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat
orang-orang tua kami.”
Barkata
Nabi Yunus menjawab: “Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut
agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku
hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari
lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus
menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan
syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu
sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu
upah atau balas jasa dari padamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau
kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku.
Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa bila kamu tetap membangkang dan tidak
menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap
mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, niscaya Allah
kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan
menurunkan azab siksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum
terdahulu yaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.
Mereka
menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: “Kami tetap
menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemauanmu
dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cobalah datangkan apa
yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu
dan tidak mendustai kami.” Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di
tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli
menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa
jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas
orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggal
Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan
seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman
Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan
sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum
mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap,
binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah,
wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari
segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam
keadaan panik dan ketakutan , sadarlah mereka bahwa Yunus tidak berdusta dalam
kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman
kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka
menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan
beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya merasa menyesal
atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan
meninggalkan daerah itu.
Untuk
menebus dosa, mereka keluar dari kota dan berduyun duyun pergi ke bukit-bukit
dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar
dihindarkan dari bencana azab dan siksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan
mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan
binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon
keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka. Allah
yang Maha Mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa
sesalannya dan bahwa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali
beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab siksa-Nya, berkenan
menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya
yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala
dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang
pucat kembali merah dan berseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi
tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing
dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima
doa dan permohonan mereka.
Berkatalah
mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari
malapetaka yang nyaris melanda mereka: “Di manakah gerangan Yunus sekarang
berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa
nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel karena
sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia
masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang
membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul
dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami.”
Adapun
tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak,
maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa
disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi
bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan
ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauh nya dan
meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak
dapat bertahan lama, karena sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal
itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan
yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya
berada dalam keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak
dapat dikuasai keseimbangannya.
Para
penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan
jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan
meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para
penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara
penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus,
seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua
merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian
diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan
jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah
harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah
bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan
yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk
menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain. Nabi Yunus yang dengan
telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahwa keputusan undian itu
adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya
terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sadar pula pada saat
itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum
memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai
penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan
cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima
oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit
yang kelam-pekat.
Nabi
Yunus a.s. ditelan ikan
Selagi
Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allah
mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan
menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya
utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba. Nabi Yunus yang berada di dalam
perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar
laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas
dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam
kegelapan perut ikan paus itu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain
Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi
salah seorang dari mereka yang zalim.”
Setelah
selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan,
ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya
ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan
sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar
sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati
buahnya. Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh
Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih
penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi
tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah
terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung
berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras
kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang
mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok
cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus
ayat 98, surah Al-Anbiaa’ ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga
ayat 148.
Pengajaran
yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya
seorang yang bertugas sebagai da’i – juru dakwah harus memiliki kesabaran dan
tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat
sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang
didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta
tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut,
sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : “Serulah,
berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } .”
Di dalam
diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas
tindakannya yang tergesa-gesa karena kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum
Ninawa, padahal mereka masih dapat disadarkan untuk menerima ajakannya andaikan
ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih
dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya. Atas pelanggaran yang telah
dilakukan tanpa sadar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa
kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak
terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan
dakwahnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah
dalam al qur’an
Surat 010. Yunus ayat 98
98. dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang
beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala
mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang
menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka
sampai kepada waktu yang tertentu.
Surat 021. Al Anbiyaa' ayat 87 – 88
87. dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi
dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]:
"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku
adalah Termasuk orang-orang yang zalim."
88. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman.
Surat 037. Ash Shaaffat ayat 139 – 148
139. Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,
140. (ingatlah) ketika ia lari[1288], ke kapal yang penuh
muatan,
141. kemudian ia ikut berundi[1289] lalu Dia Termasuk
orang-orang yang kalah dalam undian.
142. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan
tercela[1290].
143. Maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang
yang banyak mengingat Allah,
144. niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit.
145. kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang
ia dalam Keadaan sakit.
146. dan Kami tumbuhkan untuk Dia sebatang pohon dari jenis
labu.
147. dan Kami utus Dia kepada seratus ribu orang atau
lebih.
148. lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[967] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah
didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.
[1288] Yang dimaksud dengan lari di sini ialah pergi
meninggalkan kewajiban.
[1289] Undian itu diadakan karena muatan kapal itu sangat
penuh. kalau tidak dikurangi mungkin akan tenggelam. oleh sebab itu diadakan
undian. siapa yang kalah dalam undian itu dilemparkan kelaut. Yunus a.s.
Termasuk orang-orang yang kalah dalam undian tersebut sehingga ia dilemparkan
ke laut.
[1290] Sebab Yunus tercela ialah karena Dia lari
meninggalkan kaumnya.