Ketika menginjak
usia 40 tahun, Muhammad saw lebih banyak mengerjakan tahanuts dari pada waktu
waktu sebelumnya, pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan ini lebih banyak
dari biasanya, karena akan bertahanuts lebih lama dari pada waktu waktu
sebelumnya. Dalam melakukan Tahanuts kadang kadang beliau bermimpi, mimpi yang
benar (Arru’ yaa ashshaadiqah).
Pada
malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, diwaktu nabi
Muhammad saw sedang bertahanuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as
membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw, untuk membacanya, katanya : “Bacalah
“ , Dengan terperanjat Muhammad saw menjawab : “Aku tidak bisa membaca” beliau
lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat JIbril as , sehingga napasnya sesak,
lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”,
Tetapi Muhammad saw, masih tetap menjawab: “Aku tidak bisa membaca”, Begitulah
keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw, berkata: “ Apa
yang ku baca”, Kata Jibril as : dalam
surat Al Alaq ( 96 ) ayat 1
– 5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ
عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ
الأكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الإنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ
1. bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam[3],
5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan
oleh Allah swt kepada nabi Muhammad saw, dan inilah pula saat penobatan beliau
sebagai Rosulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk
menyampaikan Risalahnya.
Pada
saat menerima pengangkatan menjadi Rosul itu, umur beliau mencapai 40 tahun 6
bulan 8 hari menurut tahun Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun
Masehi. Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang kerumah dalam keadaan
Gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya Siti Khatijah.
Istri
yang patuh dan setia itu segera menyelimutinya, setelah agak reda cemasnya,
maka diceritakannya pada istrinya segala apa yang terjadi pada dirinya dengan
perasaan cemas dan khawatir. Tetapi istri yang bijaksana itu sedikitpun tidak
memperlihatkan kekhawatiran dan
kecemasan hatinya bahkan dengan hidmad ia menatap muka suaminya, seraya
berkata” Bergembiralah hai anak pamanku”, tetapkanlah hatimu, demi tuhan yang
jiwa Khatijah didalam tangannya, saya harap engkaulah yang akan menjadi nabi
bagi umat kita ini. Allah tidak akan mengecewakan engkau: bukankah engkau yang
senantiasa berkata benar yang selalu memperhubungkan tali silatur rahim,
bukankah emgkau yang senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tetamu dan
menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?’ . Demikianlah
Siti Khatijah menentramkan hati Suaminya.
Karena
terlampau payahsetelah mengalami peristiwa besar yang baru saja terjadi itu,
maka beliaupun tertidur, sementara itu Siti Khatijah pergi kerumah anak
pamannya “WARAQAH BIN NAUFAL” seorang yang tidak menyembah
berhala dan telah lama dia memeluk agama nasrani dan dapat menulis dengan
bahasa Ibrany, telah mempelajari serta menyalin kedalam bahasa Arab isi kitab
Injil dan Taurat, Usianya telah lanjut dan matanya sudah buta, lalu
diceritakannyalah oleh Siti Khatijah, apa yang terjadi atas diri suaminya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[3] Maksudnya: Allah mengajar
manusia dengan perantaraan tulis baca.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demi
didengarnya cerita Khatijah itu lalu ia berkata : “Quddus, Quddus, demi tuhan
yang jiwa waraqah didalam tangannya, jika engkau membenarkan aku, yaa Khatijah,
sesungguhnya telah dating kepadanya (Muhammad ) namus akbar ( petunjuk yang
maha besar), sebagai pernah datang kepada nabi musa as: dia sesungguhnya akan
menjadi nabi bagi umat kita ini, dan katakanlah kepadanya hendaknya ia tetap
tenang !.
Siti
Khatijah kembali kerumahnya, lalu diceritakannya apa apa yang dikatakan oleh
waraqah bin naufal kepada Rosulullah dengan kata kata yang lemah lembut, yang
cukup untuk menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran rosulullah.
Didalam
kitab kitab tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan nabi Muhammad saw telah
segar kembali dan telah seperti sedia kala, suaranya telah berangsur terang,
maka Khatijah mengajak nabi untuk segera pergi menemui waraqah bin naufal
dirumahnya, dengan maksud hendak bertanyalebih lanjut secara langsung kepadanya
tentang peristiwa yang telah menimpa dirinya yang terjadi dalam gua Hira
tersebut.
Sesampainya
nabi bersama Khatijah dirumah waraqah bin naufal, lalu satu sama lain
menyampaikan penghormatannya. Kemudian waraqah menanyakan maksud kedatangan
nabi berdua sama khatijah. Setelah Khatijah memperkenalkan nabi kepada waraqah,
lalu nabi menceritakan apa apa yang baru saja dialaminya. Kemudian waraqah
berkata : Quddus, Quddus , Hai Muhammad saw anak saudaraku, itu adalah rahasia
yang paling besar yang pernah diturunkan Allah swt kepada nabi musa as. Wahai
kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat,
ketika engkau dikeluarkan (diusir) kaummu”.
Nabi
setelah mendengar perkataan waraqah yang sedemikian itu, lalu beliau bertanya”
Apakah mereka (kaumku) akan mengeluarkan/mengusir aku ?” waraqah menjawab: “ ya
“ , semua orang yang dating membawa seperti apa yang bawa ini, mereka tetap
dimusuhi. Jikalau aku masih menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku
akan menolong engkau dengan sekuat kuat tenagaku”.
Dengan
keterangan waraqah itu, nabipun serasa mendapat keterangan dan penjelasan yang
jelas tentang peristiwa yang baru saja dialaminyaitu. Juga khatijah memegang
teguh akan keterangan keterangan waraqah itu, dan memang itulah yang dinanti
nantikan selama ini, berita gembira tentang keangkatan suaminya menjadi rosul.
Peranan Khatijah di saat saat nabi Muhammad saw menerima
wahyu.
Siti
Khatijah adalah masih satu keturunan dengan nabi Muhammad saw yaitu bertemu
pada Qushai. Jika diuraikan silsilah keturunan nabi Muhammad saw dan Siti
Khatijahadalah demikian :
Muhammad
bin Abdullah bin Abdul Muthalub bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai.
Khatijah
binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.
Jadi
diantara istri istri nabi Muhammad saw Siti Khatijah inilah yang paling dekat
nasabnya dengan beliau. Siti Khatijah adalah seorang janda keturunan bangsawan
Quraisy, ia telah dua kali kawin, yang pertama dengan “ Atieq bin Aabid Al
Makhzumy seorang laki laki tergolong keluarga bangsawan Quraisy.
Perkawinan
Khatijah dengan suaminya pertama ini tidak lama berlangsung, hanya menurunkan
seorang putrid yang bernama Hindun, karena Atieq meninggal dunia, kemudian Siti
Khatijah kawin lagi dengan Nabbasy bin Zurarah Attaimy yang juga seorang laki
laki masih keturun keluarga bangsawan kaum Quraisy. Perkawinan Siti Khatijah
dengan Nabbasy ini menurunkan seorang putra bernama Halal dan dari perkawinan
dengan suaminya yang kedua inipun tidak berlangsung lama, karena Nabbasy
meninggal dunia pula, sehingga kedua kalinya Siti Khatijah menjadi janda.
Siti
Khatijah mempunyai budi pekerti yang luhur dan Akhlaq yang mulia. Dalam
kehidupannya sehari hari senantiasa memelihara kesuciannya dan martabat
dirinya. Ia jauhi adat istiadat yang kurang senonoh yang dimiliki wanita wanita
arab jahiliyah pada umumnya, sehingga oleh penduduk Mekah ia dijuluki “ At
Thahirah “ ia mempunyai
pikiran yang tajam , lapang dada kuat himmah dan tinggi cita citanya. Ia suka
menolong orang orang yang hidup dalam kekurangan dan sangat penyantun terhadap
orang orang yang lemah. Disamping itu ia adalah seorang wanita yang pandai
berdagang dan perdagangannya tidak dikerjakannya sendiri, melainkan di bawa
oleh beberapa orang kepercayaannya atau oleh orang orang yang sengaja mengambil
upah untuk membawakan dagangannya kenegeri Syam dan lain lain. Perdagangannya
sangat maju, sehingga ia adlah terhitung seorang wanita yang kaya raya dan
sangat dermawan dalam masyarakat Quraisy kota Mekah pada saat itu.
Meskipun
Siti Khatijah telah kawin dua kali, telah menjadi janda dan memiliki anak,
tetapi masih banyak laki laki yang mengajukan pinangannya untuk mengambilnya
mnejadi istri, tetapi semua pinangan yang di majukan itu ditolaknya dengan cara
bijaksana dan sangat halus, sehingga laki laki yang telah ditolak pinangannya
itu tidak merasa tersinggung atau merasa dihina, demikianlah kebesaran pribadi
dan ketinggian budi wanita pilihan ini yang telah di tetapkan oleh Allahdalam
kadarnya, bahwa wanita pilihan ini akan menjadi istri seorang utusan Allah,
yang akan memperbaiki akhlaq kaumnya dan mengangkat derajat kaumnya yang
bergelimang dalam lumpur kesesatan dan kehinaan kederajat kemuliaan dan
kebahagiaan yang kekal abadi.
Adapun
peranan Siti Khatijah istri nabi Muhammad saw yang patuh dan setia ini, di sata
saat nabi menerima wahyu dan keangkatan sebagai Rosulullah (Utusan Allah )
secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Siti Khatijah kenal benar akan jiwa dan pribadi serta akhlaq suaminya (Muhammad
saw ) sejak dari kecil hingga dewasa dan kemudian menjadi suaminya, yang tidak
puas bahkan sangat tidak suka kepada adat istiadat kaumnya menyembah dan
mendewakan patung dan berhala, demikian pula ia sangat benci kepada kegemaran kaumnya
berjudi dan meminum khamar serta melakukan perbuatan perbuatan di luar peri
kemanusiaan, seperti membunuh bayi perempuan mereka hidup hidup, karena malu
dan takut miskin.
2.
Siti Khatijah member suaminya kesempatan dan keleluasaan yang sebesar besarnya
untuk memasuki kehidupan berpikir dan alam nafsani, buat mencari
hakekat yang benar dan mutlak itu,diberinya suaminya itu
dorongan semangat agar terus mencari hakekat yang benar dan mutlak itu dengan
tidak usah memikir persoalan urusan rumah tangga dan untuk membantu melancarkan
roda perekonomian perdagangannya karena kesemuanya itu telah diurus oleh Siti
Khatijah sendiri dan ketika suaminay bersunyi atau bertahanuts di gua Hira
disediakannya perbekelan untuk tinggal selama beberapa hari dalam melakukan
tahanuts dalam mencari hakekat yang benar itu.
3.
Ketika nabi Muhammad saw dalam keraguan dan kebingungan dalam menghadapi
kejadian kejadian yang dilihatnya dalam tidurnya (mimpi yang benar) Siti
Khatijah sebagai istri yang setia menyakinkan suaminya bahwa sengan akhlaqnya
yang mulia dan tidak pernah berdusta dan menyakiti hati orang lain, mustahil ia
akan diganggu atau di goda oleh jin atau setan.
4.
Ketika nabi Muhammad saw ditimpa dalam kegelisahan dan kebingungan setelah
menerima wahyu yang pertama, Siti Khatijah menghibur dan meyakinkan hati
suaminya, bahwa suaminya akan menjadi nabi, dan akan mengangkat derajat kaumnya
dari lembah kehinaan dan kesesatan kedearajat kemuliaan dan kebahagiaan abadi, kemudian
setelah hilang keraguan dan kecemasan suaminya, pergilah ia ke waraqah bin
naufal menceritakan perihal yang dialami suaminya. Dan oleh waraqah ditegaskan
berdasarkan pengetahuannya dalam kitab Injil yang dipelajarinya, bahwa Muhammad
saw akan menjadi Nabi.
5.
Ketika suaminya menerima wahyu yang keduadari Allah yang berisi komando
menyuruh mulai bekerja dan berjuang untuk menyiarkan Agama Allah dan mengajak
kaumnya kepada Agama Tauhid, Siti Khatijah adalah orang wanita yang pertama
yang percaya bahwa suaminya adalah Rosulullah (utusan Allah), dan kemudian ia
menyatakan keislamannya tanpa ragu ragu dan bimbang sedikit juapun.
Peranan
Siti Khatijah sebagai istri dan wanita pilihan yang memang telah ditetapkan
oleh Allah dalam Qadarnya adlah sangat besar sekali dalam usaha suaminya, selanjutnya
menyeru dan mengajak kaumnya kepada Agama Tauhid, dan meninggalkan agama
berhala dan adat istiadat jahiliyah.