Shalat sunat Witir.

 Kembali


Yaitu   Shalat sunat yang dilakukan pada malam hari, sekurang kurangnya satu raka’at dan sebanyak banyaknya sebelas raka’at, waktu shalat witir adalah setelah shalat isya’ sampai terbit fajar.Jika shalat witir itu banyak, maka boleh dikerjakan 3 raka’at dengan satu salam
    Contoh  Niat shalat witir 3 raka’at  :     Usholli sunatal witri tsalatsa ro’ataini lillahi ta’aala.

Catatan :
1. Jika shalat witir dikerjakan 5 raka’at atau lebih maka setiap raka’at boleh diselingi dengan satu kali salam, atau seligus dengan satu kali salam.
2. Shalat sunat witir dikerjakan sebagai shalat terakhir pada malam hari, oleh karena itu apabila pada malam hari ingin melakukan shalat tahajjud, maka shalat witir itu harus ditunda samapai selesai shalat tahajjud, karena shalat  witir itu harus berada di akhir.
3. Apabila shalat witir itu dilaksanakan pada bulan ramadhan, maka pada malam tanggal 16 ramadhan sampai akhir  bulan ramadhan disunatkan membaca do’a qunut pada raka’at terakhir ; yaitu pada waktu I’tidal. Setelah shalat witir lalu membaca Subhanal malikil quddus 3x ,  subbuhung quddusu robbuna warobbul malaa’ikati war ruuh.Allahumma innaka afuwwung kariim tuhibbul afwa fa’fu anni  3x. Allahumma innaa nas aluka ridhookawal jannah wana uudzubika min sakhotika wannar.

Tata Cara Shalat Witir

Sholat ini merupakan salah satu sholat sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Disebut witir karena jumlah rakaatnya ganjil. Imam Abu Hanifah berpendapat sholat ini hukumnya wajib, namun pendapat itu tidak kuat.

1. Waktu shalat witir
Waktu shalat witir terbentang sejak setelah sholat Isya’ hingga terbitnya fajar. Sebagaimana hadits Rasulullah di atas. Sehingga sholat witir juga termasuk qiyamul lail.
Kapan Rasulullah mengerjakan sholat witir? Imam Ahmad meriwayatkannya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ أَوَّلَ اللَّيْلِ وَأَوْسَطَهُ وَآخِرَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat witir pada awal malam. Kadang-kadang di pertengahan malam. Kadang-kadang pula di akhir malam. (HR. Ahmad; shahih)
Namun yang paling sering, Rasulullah mengerjakan shalat witir pada akhir malam.
Sayyid Sabiq menjelaskan dalam Fiqih Sunnah, sunnah menyegerakan witir pada permulaan malam bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam. Namun bagi orang yang sanggup bangun pada akhir malam, sunnah mengerjakan witir pada akhir malam.
Tentu yang paling utama adalah pada akhir malam, sebagaimana sabda Rasulullah dalam Shahih Muslim:

مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ

Barangsiapa yang khawatir tidak akan sanggup bangun pada akhir malam, hendaknya ia berwitir pada permulaan malam. Dan barangsiapa yang merasa sanggup bangun pada akhir malam, hendaknya ia berwitir pada akhir malam itu. Sebab mengerjakan sholat pada akhir malam itu disaksikan malaikat yang demikian itu lebih utama. (HR. Muslim)

2. Bilangan atau jumlah rakaat

Sesuai namanya, witir adalah sholat sunnah yang jumlah rakaatnya ganjil. Minimal satu rakaat, bisa pula tiga rakaat, lima rakaat atau tujuh rakaat.

Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu merupakan contoh sahabat Nabi yang mengerjakan sholat witir satu rakaat setelah sholat isya’ di Masjid Nabawi. Ia pernah ditanya, “Engkau hanya berwitir satu rakaat saja dan tidak menambahnya?”

Sa’ad menjawab, “Iya, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

الَّذِى لاَ يَنَامُ حَتَّى يُوتِرَ حَازِمٌ

Orang yang tidak tidur dulu sebelum berwitir adalah orang yang suka berhati-hati. (HR. Ahmad; hasan)

3. Tata cara

Dalam mengerjakan shalat witir, boleh dikerjakan dua rakaat-dua rakaat kemudian diakhiri dengan satu rakaat, dengan masing-masing satu tasyahud dan satu kali salam. Boleh pula keseluruhan rakaat sekaligus dengan satu kali salam.

Untuk tiga rakaat atau lebih dengan sekali salam ini, boleh dengan dua tasyahud sekali salam, boleh pula hanya dengan satu tasyahud pada rakaat terakhir saja. Sebagaimana hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِسَبْعٍ أَوْ بِخَمْسٍ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwitir tujuh atau lima rakaat secara bersambung dan tidak dipisahkan dengan salam. (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ فِى آخِرِهَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat malam 13 rakaat, termasuk di dalamnya sholat witir lima rakaat. Beliau tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaat yang terakhir. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Surat yang dibaca

Setelah membaca surat Al Fatihah, boleh membaca ayat mana pun dari Al-Qur’an. Sebagaimana kata Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Di dalam Al-Qur’an itu tidak ada yang dapat diabaikan. Oleh sebab itu, dalam sholat witir engkau boleh membaca ayat Al-Qur’an yang engkau sukai.”

Namun jika sholat witirnya tiga rakaat, sunnah membaca surat Al A’la pada rakaat pertama dan Surat Al Kafirun pada rakaat kedua. Sedangkan pada rakaat ketiga membaca Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq dan Surat An Nas.

Hal ini sebagaimana hadits yang riwayat Abu Dawud dan An Nasa’i dari Ubai bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.

5. Sholat Witir di Bulan Ramadhan

Bagaimana pelaksanaan sholat witir di bulan Ramadhan, khususnya jika ingin sholat tahajud di akhir malam? Apakah setelah ikut berjamaah witir usai Shalat Tarawih, lalu malamnya bangun sholat tahajud masih perlu witir lagi? Atau sebaiknya tidak ikut witir berjamaah?

Jika ingin sholat tahajud di akhir malam, boleh ikut shalat witir berjamaah. Kalau sudah witir, malamnya sesudah tahajud tidak usah witir lagi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لاَ وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ

Tidak ada dua witir dalam satu malam. (Hr. Tirmidzi, An-Nasa’i dan Abu Daud)

Boleh juga tidak witir berjamaah. Nanti witirnya setelah tahajud. Namun yang lebih utama adalah witir berjamaah bersama imam.

Niat Sholat Witir

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.

Bagaimana hukumnya melafalkan niat? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat sholat witir satu rakaat sebagai berikut:

niat sholat witir
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلَّهِ تَعَالَى
(Usholli sunnatal witri rok’atan lillahi ta’aalaa)
Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta’ala”
Lafadz niat sholat witir dua rakaat sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Usholli sunnatal witri rok’ataini lillahi ta’aalaa)
Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Lafadz niat sholat witir tiga rakaat sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
(Usholli sunnatal witri tslatsa roka’aatin lillahi ta’aalaa)
Artinya: “Aku niat sholat sunnah witir tiga rakaat karena Allah Ta’ala”

Doa Sholat Witir
Setelah witir disunnahkan membaca tiga kali:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
(Subhaanal malikil quddus)
Artinya: Maha Suci Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan.
Dzikir tersebut sebagaimana hadits shahih riwayat Abu Daud dan An Nasa’i.
Lalu membaca doa sholat witir:
doa sholat witir

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allohumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’aafaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik

Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaanMu dari kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari hukumanMu dan aku berlindung kepadaMu dari siksaMu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepadaMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu sendiri.

Doa sholat witir ini berdasarkan hadits shahih riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah.