Empat Kebenaran Mulia
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Empat Kebenaran Mulia
Ajaran dasar Buddhisme
dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia, yang meliputi:
- Dukkha Ariya Sacca (Kebenaran
Arya tentang Dukkha),
Dukha ialah penderitaan.
Dukha menjelaskan bahwa ada lima pelekatan kepada dunia yang merupakan
penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan
dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.
- Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha),
Samudaya ialah sebab.
Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya: yang menyebabkan orang
dilahirkan kembali adalah adanya keinginan kepada hidup.
- Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha),
Nirodha ialah pemadaman.
Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara
sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
- Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju
Terhentinya Dukkha).
Marga ialah jalan
kelepasan. Jalan kelepasan merupakan cara-cara yang harus ditempuh kalau kita
ingin lepas dari kesengsaraan. Delapan jalan kebenaran akan dibahas lebih
mendalam pada pokok pembahasan yang selanjutnya.
Inti ajaran Buddha
menjelaskan bahwa hidup adalah untuk menderita. Jika di dunia ini tidak ada
penderitaan, maka Buddha pun tidak akan menjelma di dunia. Semua hal yang
terjadi pada manusia merupakan wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup,
sakit, dipisahkan dari yang dikasihi dan lain-lain, merupakan wujud penderitaan
seperti yang sudah dijelaskan diatas. Bahkan kesenangan yang dialami manusia,
dianggap sebagai sumber penderitaan karena tidak ada kesenangan yang kekal di
dunia ini. Kesenangan atau kegirangan bergantung kepada ikatannya dengan sumber
kesenangannya itu, padahal sumber kesenangan tadi berada di luar diri manusia.
Sumber itu tidak mungkin dipengang atau diraba oleh manusia, karena tidak ada
sesuatu yang tetap berada. Semua penderitaan disebabkan karena kehausan. Untuk
menerangkan hal ini diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, artinya pokok
permulaan yang bergantungan. Setiap kejadian pasti memiliki keterkaitan dengan
pokok permulaan yang sebelumnya. Ada 12 pokok permulaan yang menjadi fokus
pratitya samutpada.
JALAN UTAMA BERUNSUR
DELAPAN
Agar terlepas dari
penderitaan mereka mereka harus melalui Jalan Utama Berunsur Delapan Sradha atau
iman, yaitu:
- Percaya yang benar (Samma ditthi).
Sraddha atau iman yang terdiri dari “percaya yang benar” ini memberikan pendahuluan yang terdiri dari: Percaya dan menyerahkan diri kepada Buddha sebagai guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya menyerahkan diri kepada dharma atau ajaran buddha, sebagai yang membawanya kepada kelepasan, dan percaya setelah menyerahkan diri kepada jemaat sebagai jalan yang dilaluinya. Sila yaitu usaha untuk mencapai moral yang tinggi. - Maksud yang benar (Samma sankappa), merupakan
hasil “percaya yang benar” yakin bahwa jalan petunjuka budha adalah jalan
yang benar
- Kata-kata yang benar (Samma vaca), maksudnya
orang harus menjauhkan diri dari kebohongan dan membicarakan kejahatan
orang lain, mengucapkan kata-kata yang kasar, serta melakukan percakapan
yang tidak senonoh.
- Perbuatan yang benar (Samma kammanta), maksudnya
bahwa dalam segala perbuatan orang tak boleh mencari keuntungan sendiri.
- Hidup yang benar (Samma ajiva), maksudnya secara
lahir dan batin orang harus murni atau bebas dari penipuan diri
- Usaha yang benar (Samma vayama), maksudnya
seperti pengawasan hawa nafsu agar jangan sampai terjadi tabiat-tabiat
yang jahat.
- Ingatan yang benar (Samma sati), maksudnya
pengawasan akal, rencana atau emosi yang merusak kesehatan moral
- Semadi yang benar (Samma samadhi)
Semadi itu sendiri
terbagi menjadi 2 bagian yaitu persiapan atau upcara semadi dan semadinya
sendiri. Persiapan atau upacara semadi ini maksudnya kita harus merenungi
kehidupan dalam agamannya seperti 7 jalan kebenaran yang dibahas tadi dengan
empat bhawana,yaitu: metta (persahabatan yang
universal), karuna (belas kasih yang universal), mudita (kesenangan
dalam keuntungan dan akan segala sesuatu), dan upakkha (tidak
tergerak oleh apa saja yang menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan
sebagainya. Sesudah merenungkan hal-hal tersebut barulah masuk kedalam semadi
yang sebenarnya dalam 4 tingkatan yaitu: mengerti lahir dan batinnya,
mendapatkan damai batiniahnya, menghilangkan kegirangannya sehingga menjadi
orang yang tenang, sampai akhirnya sukha dan dukha lenyap dari semuanya, dan
rasa hatinya disudikan. Dengan demikianlah orang sampai pada kelepasan dari
penderitaan.
Secara umum sama dengan
aliran agama Buddha lainnya, Theravada mengajarkan mengenai pembebasan akan
dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan sila (kemoralan), samadhi
(konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).
Agama Buddha Theravada
hanya mengakui Buddha Gautama sebagai Buddha sejarah yang hidup pada masa
sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah ada dan akan muncul
Buddha-Buddha lainnya.
Dalam Theravada terdapat
2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai Pencerahan Sempurna yaitu Jalan
Arahat (Arahatship) dan Jalan Kebuddhaan (Buddhahood).
HARI RAYA
Terdapat empat hari raya
besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat
adalah Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha
yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.
WAISAK
Penganut Buddha
merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari
kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian
Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai
Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha
Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand,
dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha",
yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa
Sanskerta
KATHINA
Hari raya Kathina
merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi
setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan
Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah
Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan
vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.
ASADHA
Kebaktian untuk
memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya
Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati
peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang
pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi.
Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji,
dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang
pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan
Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai
kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama
dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya Sangha
Bhikkhu(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi
). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap.
Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Buddha).
Tiratana atau Triratna
berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana
merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana
dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha berlindung
kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan teladannya.
Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma
mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha.
Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha
merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang
disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma
Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam
Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran Mulia( Cattari
Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
MAGHA PUJA
Hari Besar Magha Puja
memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok
para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat
tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya
itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih
dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. Tempat ibadah
agama Buddha disebut Vihara.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nabi Muhammad dalam
Agama Buddha
Maksud Buddha adalah
orang yang diberi petunjuk. Di dalam tradisi Budha, pemimpinnya sendiri
Sidharta Gautama telah meramalkan kedatangan seorang manusia yang diberi wahyu.
Dalam Doktrin Budha (The Gospel of Buddha) oleh caras (perkara.217-218)
tercantum bahwa Budha agung yang akan datang ke dunia ini dikenal sebagai
“Maitreya”. Cakkavatti-Sihanada Suttana memberinya nama “Meteyya”. Kedua kata
ini berarti “pemberi rahmat”. Dengan mengacu pada sejarah kehidupan Muhammad
saw, kentara sekali dia adalah orang sangat penyayang dan al-Quran juga
menyebut-nyebut fakta ini.
Ada sejumlah kesamaan
lebih jauh, seperti yang terbaca dalam kitab suci kaum Budha: “Para pengikutnya
(Maitreya) berjumlah ribuan orang, sementara jumlah pengikutku ratusan orang.”
Faktanya, pengikut Nabi Muhammad saw berjumlah ribuan orang (sekarang tentunya
jutaan).
Persamaan-persamaan lain
Seorang Buddha yang
tercerahkan itu dilukiskan sebagai memiliki kulit yang amat terang dan bahwa
seorang Budha memperoleh “pandangan yang luhur di malam hari”. Dalam kenyataan
sejarah, Nabi saw sering melakukan shalat pada waktu malam (tahajjud) sebagai
tanda cintanya yang mendalam kepada Pencipta Alam ini. Selama hayatnya, Nabi
saw tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud. Hasilnya, ia memperoleh
pandangan yang tajam untuk memimpin peradaban baru manusia yaitu peradaban
Islam.
“Akan lahir ke dunia ini
seorang Buddha yang dikenal dengan nama” Maitreya “. Maitreya ini adalah
seorang yang suci, seorang yang tertinggi dalam kuasa, yang dikaruniakan dengan
kebijaksanaan, yang beruntung dan yang mengenali alam ini dan apa yang Maitreya
ini dapat dari alam gaib ia akan sebarkan brosur ini ke seluruh alam. Maitreya
ini akan dakwahkan agama beliau yang agung ini dari awal sampai ke akhir.
Buddha berkata bahwa Maitreya ini akan memperkenalkan satu cara hidup yang
sempurna dan suci sebagaimana aku (Buddha) memperkenalkan agama aku. Pengikut
Maitreya ini lebih banyak dari pengikut aku (Buddha) “.
(Gautama Buddha berkata
dalam Chakkavantti Sinhnad Suttanta D. 111, 76)
Gautama Buddha sendiri
berkata, “Saya bukanlah Buddha yang pertama atau yang akhir yang didatangkan ke
dunia ini. Setelah aku, seorang Buddha lagi akan dikirim ke dunia ini. Dialah
seorang yang kudus atau suci, yang memiliki kesadaran yang tinggi, yang
dikaruniai dengan kebijaksanaan, memiliki akhlak yang baik, yang mengenali alam
ini, pemimpin manusia yang bijaksana, yang dikasihi oleh malaikat dan makhluk
lain. Dia akan mengajar kepadamu semua satu agama atau kebenaran yang kekal
abadi dan terpuji. Agama yang diajarkan oleh Buddha ini akan menjadi satu cara
hidup yang sempurna dan suci. Kalau anak murid aku ratusan tetapi anak murid
Buddha ini adalah ribuan “.