Karena
ini merupakan fardu kifayah
1.
Do’a untuk mayit:
Orang
yang telah meninggal akan mendapatkan manfaat dari do’a orang lain pada
beberapa tempat/waktu yaitu:
a.
Do’a ketika akan meninggal atau setelah meninggal
Dari
Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda:
إِذَا
حَضَرْتُمُ الْمَرِيضَ أَوِ الْمَيِّتَ فَقُولُوا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ
يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Jika
kalian mengunjungi orang yang sakit atau orang yang telah meninggal maka
ucapkanlah kebaikan, sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa-apa yang kalian
ucapkan.” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).
b.
Do’a untuk mayit dalam shalat jenazah
Dari
Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda, “Jika kalian menyalatkan jenazah, maka murnikanlah do’a
untuknya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dari
Auf bin Malik Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam menyalatkan satu jenazah, lalu saya hafalkan do’anya. Beliau berdo’a:
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ
الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ
مِنْ عَذَابِ النَّارِ
“Ya
Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, jauhkanlah dia (dari musibah),
maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah
dia dengan air, dengan es dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahan
sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran. Berilah ia ganti
kampung yang lebih baik dari kampungnya (di dunia), keluarga yang lebih baik
dari keluarganya (di dunia), istri yang lebih baik dari istrinya (di dunia).
Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab
neraka.” Lalu Auf bin Malik berkata, “Sampai-sampai aku membayangkan sekiranya
akulah mayat itu.” (HR. Muslim).
c.
Memohonkan ampunan untuk mayit
Dari
‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Kebiasaan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam apabila selesai menguburkan mayat, beliau berdiri
lalu bersabda, “Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah keteguhan,
sesungguhnya sekarang dia sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud dan Hakim).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah sungguh akan
mengangkat derajat seorang hamba yang shaleh di surga. Hamba tadi berkata, “Ya
Rabb, bagaimana bisa saya mendapatkan derajat ini?” Allah menjawab, “Karena
istighfar anakmu untukmu.” (HR, Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).
Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyebut anak, karena anak yang biasanya
beristighfar untuk orang tuanya. Penyebutan anak di sini sebagai keumuman,
bukan sebagai pembatasan manfaat hanya dari anak. Maka seorang Muslim mana saja
meminta ampun untuk saudaranya Muslim yang lain, niscaya hal itu bermanfaat
baginya. ( tidak ada riwayat)
Tapi
jangan lupa banyak surat yang menyatakan Bahwa amal/pahala seseorang itu
diperuntukkan untuk diri sendiri bukan untuk orang lain dan ini bertolak belakang dengan hadist
hadist diatas dan inilah
ayat ayat nya:
وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا
لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ
أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
20 dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya
kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan
yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS: Al mujammil ; ayat 20)
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا
لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
110. dan dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat. dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.(QS: 002. Al Baqarah ayat 110)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا
رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ
46. Barangsiapa yang
mengerjakan amal yang saleh
Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.(QS : Al Fushilat ;
ayat 46)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ
إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
15. Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, Maka
itu adalah untuk dirinya sendiri, dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya sendiri,
kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.(QS ; Al Jatsiyah ; ayat 15)
وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ
إِلَى حِمْلِهَا لا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا
تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ
وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ ,
وَمَا يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ , وَلا الظُّلُمَاتُ وَلا النُّورُ , وَلا
الظِّلُّ وَلا الْحَرُورُ , وَمَا يَسْتَوِي الأحْيَاءُ وَلا الأمْوَاتُ إِنَّ
اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ ,
إِنْ أَنْتَ إِلا
نَذِيرٌ
18. dan orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain[1]. dan jika seseorang yang berat dosanya
memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan
untuknya sedikitpun meskipun
(yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab
Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya[2] dan mereka mendirikan
sembahyang. dan Barangsiapa
yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
19. dan
tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
20. dan tidak (pula) sama
gelap gulita dengan cahaya,
21. dan tidak (pula) sama
yang teduh dengan yang panas,
22. dan tidak (pula) sama
orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi
pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada
sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar[3].
23. kamu tidak lain hanyalah
seorang pemberi peringatan. (QS ; Al Faathir ; ayat 18 – 23)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Maksudnya: masing-masing
orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[2] Sebagian ahli tafsir
menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian
tanpa melihat orang lain.
[3] Maksudnya: Nabi Muhammad
tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati
hatinya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ
فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ , وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا
إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
10. dan belanjakanlah
sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
11. dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS ;
Al Munaafiquun ; ayat 10 –
11 )
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ,
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ
قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ
يُبْعَثُونَ
99. (Demikianlah Keadaan
orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang
kematian kepada seseorang
dari mereka,
Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)[4],
100. agar aku berbuat amal
yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding
sampal hari mereka dibangkitkan[5]. (QS ; Al Mu’minuun ; ayat 99 – 100 )
----------------------------------------------------------------------------------------------------
[4] Maksudnya: orang-orang
kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka,
agar mereka dapat beriman.
[5] Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu
kehidupan baru, Yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan
akhirat.(alam barzah)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
d.
Do’a untuk yang telah meninggal ketika kuburannya diziarahi
Dari
Buraidah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam mengajari para sahabat jika ziarah kubur, agar hendaklah mereka
mengatakan:
السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ
شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ أَنْتُمْ لَنَا فَرَطٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تَبَعٌ
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَافِيَةَ لَنَا وَلَكُمْ
“Semoga
keselamatan bagi kalian wahai penghuni kubur dari golongan mu’min dan muslim.
Kami insya Allah pasti akan menyusul kalian. Kalian bagi kami adalah pendahulu
dan kami bagi kalian adalah pengikut. Aku memohonkan bagi diri kami dan kalian
keselamatan.” (HR. Muslim, An-Nasa’i dan Ahmad).
e.
Do’a untuk orang-orang yang telah berhijrah dari mekkah menuju kemadinah secara
keseluruhan yaitu mendoakan
orang-orang yang berhijrah yang beriman terlebih dahulu.
Allah Subhanahu Wa Ta’alberfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
10. dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah
beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."(QS ; Al Hasyr ; ayat 10).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Do’a seorang Muslim
untuk saudaranya (sesama Muslim) yang tidak ada di hadapannya merupakan (do’a)
mustajabah (dikabulkan). Di dekat kepala orang yang berdo’a tersebut ada
malaikat yang ditugaskan, setiap dia berdo’a kebaikan untuk saudaranya,
malaikat tersebut berkata, “Amin dan semoga kamu mendapatkan hal yang sama.” (HR. Muslim).
Dan
allah berfirman sebagai berikut:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
19. Maka ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu
dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.(yang masih hidup) (QS
; Muhammad ; ayat 19)
hadist
‘Abdullah
bin Sirjis menceritakan pengalamannya tatkala bersama Rasulullah s.a.w.:
Aku
datang menghadap Rasulullah s.a.w. sewaktu beliau sedang berada di antara
sahabat-sahabatnya. Aku berkeliling sedemikian rupa di belakangnya. Rupanya
beliau mengerti apa yang kuinginkan, maka beliau melepaskan selendang dari
belakangnya, kemudian terlihatlah olehku tempat Khatam Kenabian yang berada di
antara kedua bahunya sebesar genggaman tangan, di sekitarnya terdapat tahi
lalat, seakan-akan kumpulan jerawat. Sebelum aku kembali, aku menghadap dulu
kepada Rasulullah s.a.w., kemudian kukatakan:
‘Wahai
Rasulullah, semoga Allah s.w.t. melimpahkan maghfirah-Nya kepada tuan!’
Beliau
pun menjawab:
‘Bagimu
juga.’
Orang-orang
(yang berada) ketika itu bertanya:
‘Apakah
Rasulullah s.a.w. memohonkan ampunan untukmu?’
Ia
menjawab:
‘Ya, dan
juga untuk kalian!’
Kemudian,
ia membaca ayat yang bermaksud:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Dan
mohonlah ampun kerana dosamu dan mohonlah ampun untuk orang-orang Mu’min,
lelaki dan perempuan.” (QS :Muhammad:19)
(riwayat Ahmad bin al-Muqaddam ‘Abul
Asy’ats al-’Ajali al-Bashri, dari Hammad bin Zaid dari ‘Ashim al-Ahwal, yang
bersumber dari ‘Abdullah bin Sirjis)
f. Mengenai masalah pahala dan dosa
disini allah berfirman bahwa :
وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ , وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ
لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ
تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا
شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ
أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا
كَانُوا يَكْفُرُونَ
69. dan tidak ada
pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa
mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.
70. dan
tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[6] mereka sebagai main-main
dan senda gurau[7], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak
dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada
baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[8] selain daripada Allah. dan
jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu
daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi
mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih
disebabkan kekafiran mereka dahulu.(QS ; Al An am ; ayat 69 – 70)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[6] Yakni agama Islam yang
disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[7] Arti menjadikan agama
sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan
perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak
sungguh-sungguh.
[8] Syafa'at: usaha
perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan
sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
وَإِنْ مَا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ
نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
40. dan jika Kami perlihatkan
kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan
kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena Sesungguhnya tugasmu hanya
menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.(QS ; Ar Ra’d ;
ayat 40)
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا
مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ
نَكِيرٍ , فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ
عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً
فَرِحَ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ
الإنْسَانَ كَفُورٌ
47. Patuhilah seruan Tuhanmu
sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya.
kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat
mengingkari (dosa-dosamu).
48. jika
mereka berpaling Maka Kami tidak mengutus kamu sebagai Pengawas bagi mereka.
kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila
Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami Dia bergembira ria
karena rahmat itu. dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena Sesungguhnya manusia itu
Amat ingkar (kepada nikmat).(QS ; Asy Syuura ; ayat 47 – 48 )
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ الْمُبِينُ
82. jika mereka tetap
berpaling, Maka Sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad)
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang[834].(QS An Nahl ; ayat 82)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[834] Maksudnya: Nabi
Muhammad s.a.w. tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepada seseorang
sehingga Dia beriman.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلا تُسْأَلُ
عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ
119. Sesungguhnya Kami telah
mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang
penghuni-penghuni neraka.(QS ; Al Baqarah ; ayat 119)
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ
بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
45. Kami lebih mengetahui
tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa
terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut
dengan ancaman-Ku.(QS Qaaf ; ayat 45)
2.
Banyaknya Orang yang Menyalatkan Jenazah:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada satu jenazah pun yang dishalatkan oleh sekelompok Muslim yang mencapai seratus—semuanya meminta buat si mayat—kecuali permintaan mereka buat si mayat itu diterima.” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada satu jenazah pun yang dishalatkan oleh sekelompok Muslim yang mencapai seratus—semuanya meminta buat si mayat—kecuali permintaan mereka buat si mayat itu diterima.” (HR. Muslim).
Boleh
jadi sang mayit juga diampuni dosanya jika dishalatkan oleh kurang dari seratus
orang asalkan orang-orang yang menyalatkan itu termasuk orang-orang yang
bertauhid. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada
seorang Muslim pun yang wafat, lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang yang
tidak menyekutukan Allah dengan apa pun, kecuali Allah menerima permintaan
mereka buat si mayit itu.”
3.
Melunasi Hutang si mayit:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan seorang mayit yang masih memiliki utang, kemudian beliau bertanya, “Apakah orang ini memiliki uang untuk melunasi hutangnya?” Jika diberitahu bahwa dia bisa melunasinya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mensholatkannya. Namun jika tidak, maka beliau pun memerintahkan, “Kalian shalatkan aja orang ini.”
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan seorang mayit yang masih memiliki utang, kemudian beliau bertanya, “Apakah orang ini memiliki uang untuk melunasi hutangnya?” Jika diberitahu bahwa dia bisa melunasinya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mensholatkannya. Namun jika tidak, maka beliau pun memerintahkan, “Kalian shalatkan aja orang ini.”
Tatkala
Allah memenangkan bagi beliau beberapa peperangan, beliau bersabda,
أَنَا
أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّىَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ
فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ
“Aku
lebih pantas bagi orang-orang beriman dari diri mereka sendiri. Barangsiapa
yang mati, namun masih meninggalkan utang, maka aku lah yang akan melunasinya.
Sedangkan barangsiapa yang mati dan meninggalkan harta, maka itu untuk ahli
warisnya.”[ HR. Bukhari no. 2298 dan Muslim no. 1619]
Hadits
ini menunjukkan bahwa pelunasan hutang si mayit dapat bermanfaat bagi dirinya.