Sedikit
silsilah Nabi Adam As
Nama : Adam
Usia : 930 tahun
Periode
sejarah : 5872 – 4942 SM
Tempat
turunnya di bumi : India, ada yang berpendapat di Jazirah
Arab
Jumlah
keturunannya (anak) : 40 (laki-laki dan perempuan)
Tempat
wafat
India,
ada yang berpendapat di Mekah
di
Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali
Adam
(berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam as sebagai manusia
pertama, bersama dengan istrinya, Hawa.
Merekalah
orang tua semua manusia di dunia.
Di dalam
Al-Quran, nama Adam as, disebutkan 25 kali dalam 25 ayat.
Penciptaan
Adam
Setelah
Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk
menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta
memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan
kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut
nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di
muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:
“Mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Allah
kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:
“Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Lalu
diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan
bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan
menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga,
tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya
karena mengingkari ketentuan Allah.
Adam
diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan
diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi
meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi
sebagai khalifah pertama.
Adam
merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang
dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak
cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang
taat dan ada pula yang membangkang.
Kesombongan
iblis (setan)
Saat
semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya
iblis (setan) yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa
dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan
karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari
tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa
enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.
Disebabkan
oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari
surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan
laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia
telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.
Setan
dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk
diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya
itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,
setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia
juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan
jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian
berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman
dengan sepenuh hati.
Pengetahuan
Adam
Allah
hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan
menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai
penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam
semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak
sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di
depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa
mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.
Adam lalu
diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para
malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa
hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala
sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Adam
menghuni surga
Adam
diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk
mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi
fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa
diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu
beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di
sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
“Hai
Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)
Tipu
daya setan
Sesuai
dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat
pembangkangannya, setan mulai merancang skenario untuk menyesatkan Adam dan
Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai.
Bujuk
rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka
yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka.
Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan
Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka
untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan hidup kekal
sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada
Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon
terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia
menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:
“Turunlah
kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S.
Al-Baqarah [2]:36)
Mendengar
firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh
rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Setelah taubat mereka
diterima, Allah berfirman:
“Turunlah
kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Lokasi
Adam dan Hawa turun ke bumi
Turunlah
mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan
keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan
beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam
bentuknya.
Di dalam
kitab ad-Durrul Mantsur, disebutkan “Maka kami katakan, ‘Turunlah kalian … “,
dari Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke
bumi di sebuah daerah yang diberi nama “Dujjana”, yang terletak antara Mekah
dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di Shafa, sementara Hawa di
Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.
Diriwayatkan
Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di
India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia
mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul
(izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.
Diriwayatkan
pula oleh Thabrani dan Nua’im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari
Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: “Adam turun di India.”
Sementara
Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.
Di dalam
riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan :
“Ketika
Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia
mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal
disana.” (HR. Thabrani)
Dari
riwayat-riwayat secara global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di
India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di
dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah mengatakan: “Sejak sampai di semenanjung
ini, tujuanku tidak lain, kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang
ketika mereka tengah berada di semenanjung Ceylan”.
Syaikh
Abu Abdullah bin Khafif mengatakan: “Dialah orang yang pertama kali membuka
jalan untuk mengunjungi al-Qadam.”
Lokasi
Makam Adam
Sementara
makam Adam as sendiri ada yang mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada
juga yang mengatakan di gunung Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke
bumi. Dan ada juga yang berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as
mengulangi pemakamannya di Baitul Maqdis.
Dan kami
menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir, dan al-Ya’qubi, bahwa
Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, dibawa oleh Malaikat
Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik haji. Dia meninggal
dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.
Kisah
Adam dalam Al-Quran
Seperti
telah disampaikan di atas bahwa nama Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali
dalam 25 ayat, yaitu :
Surat
Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35, dan 37
Surat
Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39
Surat
Al-Maidah [5] : ayat 27
Surat
Al-A’raaf [7] : ayat 11, 19, 26, 27, 31, 35, dan 127
Surat
Al-Israa’ [28] : ayat 50
Surat
Maryam [19] : ayat 58
Surat
Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117, 120, dan 121
Surat
Yaasin [36] : ayat 60
Berikut
ini dibeberapa beberapa ayat penting yang terkait dengan uraian tersebut di
atas.
Pada
Surat Al-Baqarah [2] : ayat 30-38, Firman Allah SWT :
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka
menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 31,32)
Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan ?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah
[2]: 33,34)
Dan Kami
berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi,
dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” Kemudian Adam menerima
beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu
semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka,
dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)
Kemudian
pada Surat Thaahaa [20] : ayat 115-123, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan
perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah)
ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka
sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya
ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah
sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan
telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan
ditimpa panas matahari di dalamnya”. (QS. Thaahaa [20]: 115-119)
Kemudian
setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya
memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman:
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka. (QS. Thaahaa [20]: 120-123)
Pernikahan
Adam & Hawa
Perkawinan
Adam dan Hawa
Allah
SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada
kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis
bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu
serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga.
Sementara
itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di
bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman:
“Segala
puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan
adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku.
Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga
bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan
hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”. Malaikat dan para
bidadari berdatangan.
Setelah
akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan
mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin
agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan
isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa
menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula. “Mana mahar?”
tanyanya. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
Adam a.s bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia
memberi. Ia insaf bahwa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama
dalam pergaulan hidup.
Sekarang
ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan
saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan
ialah mahar. Oleh karenanya Adam a.s menyadari bahwa tuntutan Hawa untuk
menerima mahar adalah benar.
Mahar
perkahwinan Adam
Pergaulan
hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan
berubah menjadi perkawinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah
bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang difikirkan Adam.
Untuk
keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang
akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”. “Bukan!”
kata Tuhan. “Apakah hamba akan berpuasa atau sholat atau bertasbih untuk-Mu
sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan. “Bukan!” tegas
suara Ghaib.
Adam
diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu
tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”. Allah
SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah sholawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang
bakal Kubangkitkan yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin
permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah
sepuluh kali!”.
Adam a.s
merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW.
sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, karena
Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Hawa
mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar. “Hai Adam, kini Aku halalkan
Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”. Adam a.s
bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan
segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah
SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di
dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini,
dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya)
kamu berdua akan menjadi zalim”. (Al-A’raaf: 19).
Dengan
pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah
percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan
berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. yaitu sebuah pernikahan
agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa
pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya
berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun
ke bumi. Turun ke bumi
untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan
janji bahwa surga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang
beriman dan beramal soleh.
Firman
Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (Al-Baqarah: 38).
Adam
& Hawa Pernah Menetap di Indonesia
Pada
pertemuan diskusi dua hari yang lalu yang membahas sejarah masa lalu Nusantara,
saudara agung bimo sutejo dan timy hartadi berusaha mengungkap misteri candi
cetho dan penataran. Relief pada candi tersebut menjelaskan bahwa leluhur kita
sudah menguasai dunia, menjajah benua amerika tempo dulu, serta beberapa negeri
di muka bumi. Kemudian seorang ahli geolog juga berusaha menjelaskan bahwa Adam
dan Hawa ternyata lama bermukim di sunda. Tidak ketinggalan jaleswari
pramodhawarni menilai bahwa bangsa Indonesia abad ini gagal untuk
mendefinisikan keindonesiaannya sendiri. Hal itu didukung pula oleh budayawan
radhar panca dharma yang juga ikut serta dalam seminar tersebut.
Oppenheimer,
Dokter ahli genetic yang banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat
bahwa Paparan Sunda (Sundaland) adalah merupakan cikal bakal peradaban kuno
atau dalam bahasa agama sebagai Taman Eden. Istilah ini diserap dari kata dalam
bahasa Ibrani Gan Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus yang diserap
dari kata Persia "Pairidaeza" yang arti sebenarnya adalah Taman.
Menurut Oppenheimer, munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus,
dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para migran dari Asia Tenggara. Landasan
argumennya adalah etnografi, arkeologi, osenografi, mitologi, analisa DNA, dan
linguistik. Ia mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang
menjadi leluhur peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang
banjir besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu ke
Asia, Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia.
Rekonstruksi
Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es (Last Glacial
Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, muka air laut masih
sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat
masih bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagai
Sundaland. Namun, ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh
dan mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru
dunia. Data geologi dan oseanografi mencatat setidaknya ada tiga banjir besar
yang terjadi yaitu pada sekitar 14.000, 11.000, dan 8,000 tahun yang lalu.
Banjir besar yang terakhir bahkan menaikkan muka air laut hingga 5-10 meter
lebih tinggi dari yang sekarang. Wilayah yang paling parah dilanda banjir adalah
Paparan Sunda dan pantai Cina Selatan. Sundaland malah menjadi pulau-pulau yang
terpisah, antara lain Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera. Padahal, waktu itu
kawasan ini sudah cukup padat dihuni manusia prasejarah yang berpenghidupan
sebagai petani dan nelayan. Bagi Oppenheimer, kisah ‘Banjir Nuh’ atau
‘Benua Atlantis yang hilang’ tidak lain adalah rekaman budaya yang
mengabadikan fenomena alam dahsyat ini. Di kawasan Asia Tenggara, kisah atau
legenda seperti ini juga masih tersebar luas di antara masyarakat tradisional,
namun belum ada yang meneliti keterkaitan legenda dengan fenomena Taman Eden.
Kontroversi
dari Oppenheimer seolah dikuatkan oleh pendapat Aryso Santos. Profesor asal
Brazil ini menegaskan bahwa Atlantis yang hilang sebagaimana cerita Plato itu
adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Pendapat itu muncul setelah ia
melakukan penelitian selama 30 tahun yang menghasilkan buku Atlantis, The Lost
Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization
(2005). Santos dalam bukunya tersebut menampilkan 33 perbandingan, seperti luas
wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya
menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Sundaland (Indonesia bagian Barat).
Santos
menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang membentang dari
bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia bagian Barat meliputi Sumatra,
Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur. Wilayah Indonesia bagian barat
sekarang
sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan
dikelilingi
oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera
Hindia
dan Samudera Pasifik. Argumen Santos tersebut didukung banyak arkeolog Amerika
Serikat bahkan mereka meyakini bahwa benua Atlantis adalah sebuah pulau besar
bernama Sundaland, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir
besar seiring berakhirnya zaman es.